Model Layanan Telefarmasi Berbasis Asuhan Kefarmasian di Apotek Komunitas
Imam Fathorrahman
Asuhan kefarmasian merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan yang tidak dapat dipisahkan dengan elemen kesehatan lainnya seperti asuhan medis (medical care) dan asuhan keperawatan (nursing care). Berkembangnya ekosistem kesehatan digital di Indonesia membawa optimisme besar untuk bidang layanan kefarmasian. Dengan mengintegrasikan proses asuhan kefarmasian dan teknologi, layanan telefarmasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan kefarmasian. Hal ini dapat diwujudkan dengan merancang model layanan telefarmasi yang komprehensif dan efektif. Mengacu pada latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) Bagaimana profil praktik layanan telefarmasi di apotek komunitas saat ini di Indonesia?; 2) Bagaimana pemahaman dan harapan apoteker tentang praktik layanan telefarmasi di apotek komunitas di Indonesia?; 3) Bagaimana model layanan telefarmasi yang efektif dan komprehensif di apotek komunitas di Indonesia?
Populasi pada tahap-1 pada penelitian ini adalah apoteker yang berpraktik di apotek komunitas di wilayah Indonesia. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu : (1) Apoteker berpraktik di apotek komunitas ; (2) Melakukan praktik minimal 4 hari dalam seminggu; dan (3) Bersedia mengisi kuesioner. Perhitungan sampel ditetapkan menggunakan rumus lameshow, (1997) dengan d=0,05 sehingga besar sampel minimal adalah 400 responden.
Analisis data penelitian yang dilakukan adalah analisis deskriptif pada setiap parameter dan karakteristik responden untuk menggambarkan, meringkas, dan memahami data yang dikumpulkan. Selain itu dilakukan Uji T Test untuk mengetahui perbedaan harapan antara responden yang melakukan telefarmasi dan responden yang tidak melakukan telefarmasi. Pada tahap akhir dilakukan evaluasi model menggunakan System Usability Scale (SUS) yang digunakan untuk mengukur tingkat kegunaan (usability) suatu sistem, seperti perangkat lunak, situs web, atau produk teknologi lainnya.
Hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa bahwa: 1) Profil layanan telefarmasi yang berbasis asuhan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek komunitas saat ini di Indonesia dengan kategori sangat baik hanya sebesar 14,4%, dan 85,6% responden memerlukan dukungan untuk menghasilkan layanan telefarmasi yang berkualitas tinggi; 2) Pemahaman dan harapan apoteker terhadap layanan telefarmasi di apotek komunitas saat ini di Indonesia dengan kategori sangat baik sebanyak 22%, dan 78% memerlukan dukungan untuk meningkatkan pemahaman tentang telefarmasi; dan 3) Model prototipe layanan telefarmasi yang dihasilkan memiliki tingkat kegunaan (usability) yang sangat baik. Seluruh responden memberikan penilaian peringkat "Good" dan "Excellent” dengan skor rata-rata 84,58 yang menunjukkan bahwa performa keseluruhan dari model yang diuji sangat baik dan memberikan indikasi bahwa model memiliki tingkat kegunaan (usability) yang sangat baik.